Serial Bedah Calon Ibukota Negara Indonesia : Ini Kata Imam Suroso dan Nyai Nova Tentang Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur

Kutai Kertanegara, Kaliamantan Timur. (Foto : kukarkab.go.id)

Indonesia kian matang untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta. Pesan ini tergambar jelas saat   Presiden  Joko Widodo sudah menyambangi dua calon wilayah ibu kota baru yakni, Palangka Raya, Katingan, Gunung Mas, dan Bukit Soeharto. Keempat wilayah itu berada di Kalimantan Tengah dan Timur.

Jokowi  mengatakan, pemilihan ibu kota ini menyangkut banyak aspek. “Urusan banjir dan gempa mungkin di sini   tidak, tetapi bagaimana dengan kesiapan infrastruktur yang harus mulai dari nol lagi?” ujarnya. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah akan menyiapkan lahan dan membangun infrstruktur dasar. Kawasan perkotaan disebut membutuhkan lahan minimal sekitar 40.000 hektar, dan kawasan perkantoran membutuhkan 2.000 hektar pada 2021. “Itu bisa dilakukan jika pemerintah telah menyelesaikan tata ruang. Saat ini, kami sudah memiliki desain dari ibu kota baru tersebut,” jelas Bambang. Setelah itu, imbuh Bambang, aktivitas konstruksi pembangunan infrastruktur, perumahan, dan fasilitas komersial ibu kota baru akan dilakukan pada 2022 sampai 2024.

H. Imam Suroso, SH, S.Sos, MM – Anggota DPR RI dan Spiritualis . (Foto.Fah)

Imam Suroso, SH, S.Sos, MM – Anggota DPR RI-PDI Perjuangan , Ada Aura Kuning Keemasan Pada Kawan Ibukota Baru

Senada dengan hal itu, Imam Suroso, anggota DPR dari PDI Perjuangan sangat mendukung usulan dan dan ide pemindahan ibukota. Menurutnya pemindahan ini sudah sangat tepat, ia lantas mencontohkan beberapa Negara yang memisahkan ibukota Negara secara politis dengan ibukota secara bisnis.

“Kita sudah merasakan bersama, betapa padatnya ibukota Jakarta. Dimana-mana macet, banjir, permukaan tanah tiap tahun terus turun, belum lagi polusi yang sudah demikian parahnya,” papar Imam.

Imam mengatakan, sudah saatnya Indonesia memiliki ibukota baru yang lebih representative.

BACA JUGA:  Hubungan Rara LIDA dan Gunawan LIDA Semakin Heboh, Nitizen Sebut ‘GUNARA’

“Kemarin saat kunjungan kerja ke Australia, saya melihat, memang benar ibukota harus dipisahkan dengan bisnis. Malaysia bahkan sudah melakukan, Brasil, Amerika juga. Jadi pandangan yang menyebutkan jika dipindah Indonesia akan hancur itu sangat keterlaluan. Mereka ini punya pandangan sempit, atau mungkin juga ada kepentingan lain. Yang jelas, kita harus dukung rencana ini karena memang semua ini untuk rakyat Indonesia,” Urai lelaki kalem ini.

Soal dana, menurut Imam, bukan sebuah masalah, karena ada banyak mekanisme yang bisa dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan swasta. Skema-skema pendanaan tersedia sangat banyak beragam, tinggal bagaimana pengambil keputusan memutuskan yang paling menguntung untuk Negara dan tidak membebani APBN.

Uniknya, secara spiritual, Imam Suroso melihat lokasi di Kukar dan Penajam memiliki aura yang sangat bagus.

“Saya melihatnya dua tempat calon ibukota yang baru ini memiliki aura keemasan. Ini artinya lokasi tersebut sangat hoky atau mengandung keberuntungan yang sangat besar. Yang saya lihat kedepan Negara Indonesia akan jauh lebih hebat, lebih jaya dari pada yang sekarang ini,” jelas lelaki yang terkenal memiliki kemampuan supranatural sebelum menjadi anggota dewan ini.

Bahkan untuk menyelaraskan energy positif antara Jakarta dan calon Ibukota baru nanti, Imam Suroso juga akan menggelar ritual melakukan doa bersama sambil mengambil tanah dari sekitar gedung parlemen, istana Negara ataupun kantor-kantor kementrian untuk ditanam di daerah yang nantinya akan dijadikan ibukota. “Kita hanya berusaha, dan semoga Tuhan menjawab doa-doa kita. Dengan ritual penyelarasan energy dari tanah, saya yakin semua keburukan akan tertinggal dan energy baik yang kita bawa disana akan bisa selarah dengan energy positif yang ada di Kalimantan,” pungkas Imam Suroso.

BACA JUGA:  ‘Kampoeng Koneng’ Kuliner Bercita Rasa Nusantara Yang Mengangkat Pariwisata Kepulauan Seribu
Nyai Nova – Spiritualis Kalimatan Tengah . (Foto : Fah)

Nyai Nova – Spiritualis Kalimantan Tengah,  Agar Tidak Bermasalah Kedepannya, Istana Kepresidenan Dibangun Dengan Konsep Rumah Lamin

Sementara spiritualis asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Nyai Nova mengatakan bahwa pemindahan ibukota di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur cukup bagus. Menurut Nyai, selain Jakarta memang memiliki penduduk yang cukup padat juga tempat – tempat spiritualnya sudah hampir musnah. Berbeda dengan ibukota yang baru ini spiritulanya lebih kuat dan tua.

“Memang sebenarnya antara Pulau Jawa dan Kalinatan ini lebih tua Pulau Jawa, tapi secara spiritualnya menurut saya lebih bagus. Secara posisi juga lebih bagus dan lebih tenang dan nyaman, terlebih posisinya berada dipinggir laut,” ujar Nyai.

Untuk pemindahan ibukota baru ini, secara spiritual dilakukan upacara adat Kalimantan yang disebut menyanggar, agar ibukota yang ditempati ini terasa enak, adem, tidak ada masalah dan tidak ada musibah.

“Ini upacara khusus di Kalimantan Tengah yang dihadri oleh ketua agama dan orang yang membaca do’a dan adat Balian. Kalau di Kutai Kertanegara mungkin lain lagi dan ada adat sendiri, karena mayoritas muslim mungkin selamatan atau lainnya,” jelas Nyai.

Nyai melihat kedepannya dengan ibukota baru ini dalam perekonomiannya tidaklah langsung akan meningkat atau membaik, namun secara perlahan. Karena menurutnya dengan ibukota yang baru ini hanyalah sebagai perpindahan penduduk saja dan yang bekerja disana akan balik ke Jakarta .

“Jadi ibu kota baru ini hanyalah sebagai perkantoran saja , tidak mungkin seperti seramai di Jakarta yang sekarang ini,”ujarnya.

BACA JUGA:  Aswaja Center PBNU Gelar Festival Film Pendek Aswaja NU 2019 Bertajuk Semangat Aswaja Menginspirasi Kemajuan Negeri

Ada beberapa kendala kedepannya yang akan muncul di ibukota baru ini, diantaranya akan terjadinya musibah banjir dan perekonomian menurun.

“Saya inginnya pemerintah harus benar – benar menata dan memperitungkan serta memikirkan penduduk asli disana sebelum memindahkan ke bukota baru ini. Seperti orang dayaknya maupun penduduk dari daerah lain juga tidak tersingkirkan” ungkapnya.

Nyai juga menghimbau pada pemerintah agar tempat – tempat spiritual ataupun tempat pertapaan dihilangkan ataupun dimusnahkan namun harus tetap dilestarikan.

“Sebaiknya pemerintah juga harus musyawarah dengan tokoh – tokoh masayarakat, agama dan spiritual disana, agar kebudayaan asli Kalimantan tetap terjaga, dan tentunya ibukota baru kita ini akan bagus. Dan kalau tetap dihilangkan percuma saja menjadi ibukota baru, bahkan penduduk disana bertambah susah,” tandasnya.

Nyai juga berpesan sebelum pindah ke ibukota baru ini sebaiknya dilakukan antisipasi dengan mengikuti adat yang ada disana dan daerahnya didinginkan terlebih dahulu karena energy hawa panas yang dibawa dari Jakarta.

“Ya minimal energinya harus didinginkan dulu, kalau saya sendiri dengan lakukan ritual Kampung Tawar (mendinginkan) , dimana apa yang kita bangun itu benar – benar sempurna. Jadi membangun tempat itu harus izin dengan leluhur, karena setiap daerah itu ada leluhurnya masing –masing,” jelasnya.

Dan yang terpenting lagi, masih menurut Nyai bangunan istana yang dibangun haruslah sesuai dengan adat rumah Kutai Kertanegara yang simbolnya dengan rumah adat panggung.

“Jadi buat istana kepresidenanya dengan rumah adat Kutai Kertanegara untuk menghormati leluhurnya, dengan rumah Lamin,” pungkas Nyai Nova.Fah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *