Alamanda Production kembali menghadirkan sebuah film drama berjudul “Genta, Ayo Ke Museum”. Film yang disutradarai Alex Latief ini berkolaborasi dengan Pusat Sejarah (Pusjarah) TNI melalui program GENTA BANGSA (Gerakan Cinta dan Bangga Sejarah Bangsa Indonesia), yang tayang mulai 30 Desember 2019 di bioskop – bioskop keliling,
Film “Genta, Ayo Ke Museum’ dibintangi aktor/aktris muda berbakat diantaranya Cornel Nadeak, Novika Siregar, Adry Sulaeman W, Ismu Tanjung, Edi Wahyu, Alex Latief, Ridho Basri, Andi Siregar, Alung, Trisia Mutiara, Azra Vania Putri Anindia dan lainnya.
“Di film Genta, Ayo Ke Museum’ ini kami menciptakan sebuah bintang baru, Cornel Nadeak. Dia adalah bintang iklan dan ini merupakan film keduanya, yang pertama rilis tahun 2020 dengan masih nama Genta dengan cerita yang berbeda,” ujar Amanda Latief usai nonton bareng film ‘”Genta, Ayo Ke Museum” di Jakarta Theater XXI, Jl. Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (30/12).
Perempuan yang biasa disapa Amanda ini merasa bersyukur karena Pusajarah TNI mengapresiasi perkembangan film Indonesia dan bahkan berpartisipasi menjadi bagian dari produsen film. Film ini bukan hanya menghiibur namun juga ada pesan – pesan yang disampaikan berkenaan dengan sejarah.
“Film ini piyur ide dari Kapusjarah TNI. Bagaimana film yang dibuat, pesannya bisa sampai ke generasi milenial. Karenakan kalau kita ngomong sejarah pasti dokumenter. Tapi tetap didalamnya ada cerita – cerita tentang sejarah, seperti koleksi – koleksi yang ada dimuseum, digambarkan tentang kisahnya dan lainnya. Ini tontonan yang menghibur tapi tetap ada pesan yang disampaikannya,” urai Amanda.
Film ini bercerita tentang petualangan Genta bersama para sahabatnya Cinta dan Danar dalam perjalanan menuju ke Museum Keprajuritan Indonesia. Petualangannya berawal dari terpisahnya 3 orang sahabat dari rombongan bus yang ditumpangingya, dimana saat menolong seseorang yang mogok mobilnya. Merekapun tertinggal oleh rombongan tersebut, dan gurunyapun tidak mengetahui bahwa mereka ketinggalan. Bagaimana mereka bisa ke museum tujuan sekolahnya, merekapun singgah di museum Satria Mandala yang merupakan tempat dari orang yang ditolongnya. Disanalah ada cerita tersendiri bagi ketiga sahabat dengan museum itu.
“Pesannya sebenarnya mau lebih mengajak anak – anak ataupun penonton tertarik dengan museum. Selama inikan banyak yang belum tahu sebenarnya ada apa sih didalam museum itu. Jadi intinya sejarah harus dijaga,kalau nggaj bisa diambil oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab. Karena benda – benda yang ada di museum itu benda – benda berharga yang punya nilai sejarah yang tinggi,” paparnya.
Sebagai generasi muda, Amanda dikenal sebagai seorang produser yang lebih mengutamakan misi kebudayaan Indonesia, sejarah dan kehidupan kekeluargaan masyarakat Indonesia. film – filmnya selalu diapresiasi oleh Pusat Perkembangan Perfilman dan baru – baru ini juga film Simfoni Satu Tanda telah ditayangkan di India.
Selain itu, ia juga mengatakan film ‘Genta, Ayo Ke Museum” dapat menjadi panutan bagi lembaga – lembaga yang ada di Indonesia. “Untuk menyampaikan pesan di zaman sekarang lebih gampang dan lebih kena lewat audio visual,” tegas produser yang sukses membuat film ‘Simfoni Satu Tanda’ tahun 2016 ini.
Disinggung tentang kelanjutan film ini yang rencananya dibuat berseri, Amanda sangat merespon dengan baik. Ia selaku produser akan menyiapkan segala sesuatunya yang lebih besar lagi untuk itu.
“Film ini adalah untuk tahap awalnya. Mudah – mudahan dari tahap awal ini bisa menjadi satu gebrakan agar film anak – anak diperbanyak lagi. Insya Allah tahun depan mau buat sesuatu lagi,” pungkasnya.
Amanda berharap dengan hadirnya film “Genta, Ayo Ke Museum” ini bisa menjadi tontonan dan tuntunan yang dapat diterima masyarakat luas.
“Buat saya membuat sebuah film itu, bukan hanya sekedar buat, sudah selesai…, dan lepas tanggung jawabnya. Tapi bagaimana membuat pesan menyampaikan kepada masyarakat,” pungkas Amanda.Fah