Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) untuk ke 20 kalinya menyelenggarakan Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional di Teater Garuda Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu (10/2).Perayaan Imlek nasional ini terhitung sejak perayaan pertama pada 17 Februari 2000, dimana saat Presiden Republik Indonesia ke-4, KH. Abdurrahman Wahid.
Seperti kelaziman pada penyelenggaraan perayaan-perayaan Tahun Baru Imlek sebelumnya, Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional ke -20 ini juga mengusung tema yang sekaligus menjadi pesan resmi MATAKIN yakni “Penimbunan Kekayaan Akan Menimbulkan Perpecahan Diantara Rakyat, Tersebamya Kekayaan Akan Menyatukan Rakyat”.
Ketua Umum Dewan Rohaniwan/Pimpinan Pusat Matakin Ws. Budi Santoso Tanuwibowo mengatakan bahwa dirinya masih sangat terharu mengenang momen itu. Gus Dur tidak saja begitu baik buat umat Khonghucu, tetapi sekaligus membuat sebuah sejarah baru dengan mendukung penyelenggaraan Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional yang pertama, dan yang orang jarang mengetahuinya juga Perayaan Cap Gomeh Panama.
“Kita harus tetap mengingat jasa beliau dan mengenangnya, meski sekarang sudah banyak orang yang lupa atau malah mengaburkan. Tanpa Gus Dur tidak ada cerita soal Imlek seperti hari-hari ini,”kata Budi saat membrikan kata sambutannya.
Lebih lanjut Budi mengungkapkan bahwa kita juga tidak boleh melupakan jasa-jasa Presiden Republik Indonesia ke -5, Megawati Soekarnoputri yang konsisten hadir dalam Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional ke 3, 4 dan 5.
“Bahkan di depan Ribuan umat Khonghucu yang memadati Gedung PRJ, 17 Februari 2003 lalu, menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai Hari Nasional,”katanya
Begitupun dengan Presiden Republik Indonesia kc ~6, Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono secara konsisten meneruskan kebijakan para pcndahulunya. Scbagai presiden SBY tak pemah absen dan selalu hadir di Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional yang diselenggarakan MATAKIN sejak tahun 2005 sampai 2014.
“Kehadiran beliau sudah dimulai sejak SBY menjadi menteri dalam pemerintahan Gus Dur dan Megawati,”tandasnya.
Ketua Harian Dewan Rohaniwan/Pimpinan Pusat MATAKIN, Js. Budi Sunario menerangkan tema Imlek “Penimbunan Kekayaan Akan Menimbulkan Perpecahan Diantara Rakyat, Tersebarnya Kekayaan Akan Menyatukan Rakyat”. Ini terinspirasi oleh masih tingginya jumlah penduduk yang masih di bawah Garis Kemiskinan.
“Secara persentasi, menurut data BPS September 2018 masih 9,66% dari populasi. Ini artinya ada 25 jutaan yang hidup dengan penghasilan 470 ribu rupiah per bulan/perkapita. Ini jelas persoalan serius dan bukan persoalan yang ringan dan mudah diatasi,”papar Js Budi yang juga Ketua Panitia Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional ke 20 kali ini.
Terkait hal di atas, MATAKIN menghimbau dan mengingatkan kita semua untuk lebih peduli dan saling bantu-membantu. Budaya gotong-royong harus digalakkan kembali, tentu dengan variasi disana-sini.
“Para tokoh agama sebagai pimpinan informal, wajib membantu penyelesaian masalah ini dalam arti tidak jemu-jemunya untuk selalu mengingatkan masyarakat,”jelas Js Budi.
Sementara Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin dalam sambutannya mengajak umat Khonghucu untuk mengambil peran lebih besar di tengah bangsa dan negara. Selain itu, meminta umat untuk tetap menjaga kondusifitas, di mana saat ini Indonesia tengah menghadapi tahun politik.
“Pemerintah terus berupaya menciptakan keadilan dan pemerataan di berbagai bidang. Hal ini tentu harapannya bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ini harus kita dukung bersama,”kata Lukman.
Perayaan Imlek Nasional 2019 selain dihadiri pengurus Matakin, sejumlah pejabat negara dan tokoh di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Jimly Assiddiqie (Mantan Ketua Mahkamah Kontitusi), Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd., Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani), para tokoh lintas agama, dan undangan lainnya.Fah