Banyak cara yang dilakukan untuk menyalurkan aspirasi seni oleh seorang seniman. Tak terkecuali, Dheyna Hasiholan atau yang akrab dipanggil Dylan, berkeinginan membuat kantong budaya seperti yang Dylan lakukan pada tahun 90an di lingkungan Universitas Indonesia dan sekitarnya. Saat ini Dylan berencana membuat Kedai Kopi sebagai sarana berkumpulnya para pegiat seni di daerah sekitar Purbalingga, Kebumen dan Banjarnegara.
Tempat ini diharapkan bisa terjalin tali silaturahim sesama pegiat seni dan bisa melahirkan kegiatan kegiatan berkesenian supaya ada rutinitas, minimal Kedai Kopi ini bisa menjadi media apresiasi bagi pegiat seni di daerah tersebut.
” Teman Dylan adalah suatu tawaran solusi sebagai wujud dari memulai mewadahi gerak kreasi dan kreativitas pemuda (kelompok milenial) dalam berbagai bidang seperti seni-budaya. Teman Dylan bukan sekedar icon kedekatan hubungan personal orang per orang semata, tetapi ini juga adalah kolabarasi ide kreasi & kreativitas lintas latar belakang untuk mengakselarasi pemberdayaan potensi masyarakat dari berbagai komunitas, seperti komunitas seni budaya,”ujar Dylan disela – sela ngobrol santai bareng wartawan di bilangan Hang Lekiu, Jakarta Selatan, Jum’at (26/10).
Selain seorang seniman, Dylan sendiri adalah seorang politisi yang juga aktif di dunia teater sejak masih kuliah maka tak mengherankan jika perhatiannya akan dunia teater sangat besar. Dylan banyak menghabiskan waktu di tempat-tempat berkumpulnya para pegiat seni. Di sana banyak berdiskusi dan bertumbuh, baik secara intelektual maupun secara jaringan.
“Teman Dylan adalah suatu tawaran embrio baru kolaborasi antar komunitas berbasis lokal yang diharapkan bisa menginspirasi kolaborasi antar komunitas di level yang lebih luas,”terang Dylan.
Di masa 90-an, Dylan pernah membuat sebuah warnet dengan harga sewa sangat murah. Sejak awal warnet itu memang tidak untuk berbisnis, namun memang sengaja untuk tempat berkumpul, dan memang warnet itu tak pernah sepi.
Tak hanya itu, Dylan dan beberapa teman juga membuat sebuah komunitas unik yang dinamakan Cak Tarno Insititut. “Ini adalah komunitas yang ada di penjual buku bernama Cak Tarno, dan kegiatan komunitas adalah ‘menguji’ skripsi anggota komunitas dengan diskusi secara bebas,”tandasnya.
“Jika skripsi anggota itu ‘lulus’ di Cak Tarno Institut maka kemungkinan besar juga akan lulus di ujian sebenarnya. Komunitas ini pun sudah ‘menghasilkan’ sekitar 30 doktor dan banyak lagi lulusan S1 di UI,”sambungnya.
Suami dari Nur Komala Dewi yang di karuniakan 7 orang anak ini juga cukup aktif di berbagai organisasi mahasiswa di UI seperti Senat Mahasiswa, Koperasi Mahasiswa, Resimen Mahasiswa dan Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia. Setelah lulus, Dylan kemudian aktif di ormas Poros Indonesia dan PP GP Ansor, kemudian dilanjutkan aktif di dunia politik dengan di PDI, PDIP, PNBK kemudian menjadi Tim Nasional Kampanye PKB, hingga kemudian menjabat Wakil Sekjen PKNU.Fah