Berbeda dengan film – film kebanyakan di Indonesia, Kreativa’Art – Midesa Pictures menghadirkan sebuah film bergenre yang baru yakni drama crime, satire dan sosial berjudul ‘Enak Tho Zamanku – Piye Kabare.Film yang disutradarai Akhlis Suryapati ini dikemas dalam multitafsir yang dikemas dalam kondisi yang sekarang ini menjadi fenomenal di masayarakat, yang artinya bisa dipersepsikan masa lalu, masa kini dan masa sekarang. Sonny Pudjisasono selaku produser mengaku sengaja membuat film karena dirinya tidaklah mau mengekor dengan film – film yang ada.
“Saya sengaja menghadirkan dengan genre film yang baru, resikonya ya tentunya membentuk komunitas penonton sendiri. Boleh dikatakan mungkin ini tidak popular jenis film seperti ini tapi saya yakin akan bisa menjadi pilihan masyarakat untuk menjadi pilihan untuk menonton jenis yang lain.,”ujar Sonny disela – sela pemutaran film Enak Tho ‘Zamanku – Piye Kabare’ di PPHUI, Kuningan – Jakarta (11/4).
Film ‘Enak Tho Zamanku – Piye Kabare’ ini menceritakan tentang perebutan kekuasaan antara satu generasi ke generasi yang berikutnya. Yakni ada satu keluarga mempunyai kehidupan masa lalu dengan kebijakan – kebijakan yang enak atas perebutannya dalam kondisi yang sekarang dibuat tidak nyaman.” Sehingga ada kesan kalau gitu enak zaman yang akan masa datang, tapi kita gambarkan dalam bentuk dalam keluarga besar yang menguasai hotel, restauran dan usaha lainnya. Tiba-tiba da sekelompok generasi yang baru merebut kekuasaan maka terjadi kegaduhan –kegaduhan,”terang Sonny.
Dikatakannya bahwa film tidaklah ada target ksusus namun hanya memberikan hiburan yang segar dan penonton bisa mempersepsikannya sendiri. “Dialog – dialog nya memang identik dengan Almarhum Pak Harto yang kental dengan pesan – pesannya, ya kalau mau tahu banyak tonton aja langsung,”tandas Sonny.
Saat ini market film ‘Enak Tho Zamanku – Piye Kabare menurut Sonny terbilang cukup lumayan banyak karena ada segmen masyarakat yang merindukan masa lalu, sehingga dengan film ini seakan – akan hadir dalam kerinduan mereka. “Makanya di luar Jakarta antusias masyarakatnya luar biasa seperti Semarang,Makassar, atau pun Jawa Timur. Terlebih dengan Komunitas Piye Kabare ini membuat poster- poster besar sendiri untuk film ini,”jelasnya.
Diakui Sonny untuk film ini agak susah dipihak gedung bisokop, karena belum berani menghadirkan film – film dengan nuansa yang baru, melainkan hanya nuansa yang nge-pop seperti horror, action, dan lainnya.Sehinga film ini hanya mendapatkan 52 layar yakni untuk XXI hanya 20 layar, dan yang lainnya independen.
“Saya meyakinkan gedung bioskop ini luar biasa, dan kita jelaskan pada mereka bahwa memang kalau ditinjau dari bisnis agak debatable, karena mereka belum bisa melihat akan menguntungkan. Seharusnya juga mereka berterima kasih karena ada orang yang mau menjadi plontir menghadirkan jenis film yang berbeda dari yang sekarang. Saya beraharap film ini bisa mengisi kekosongan terhadap monotonnya jenis – jenis film yang ada sekarang ini.”paparnya.
Film yang tayang pada 12 April 2018di seluruh bioskop Indonesia ini dibintangi artis – artis muda dan senior diantaranya Ismi Nelinda (Retno), Panji Addiemas (Darmogandul), Dolly Martin (Pinuntun), Otig Pakis (mbah Mangun), Soultan Saladin (Saladin), Eko Xamba (Gatoloco), Ratu Erina (Madona ), Yurike Prastika (Emak), Ananda George (Utusan), Riza Pahlawan (Suhu), Evry Joe (Mucikari) dan Emilia Flamingo (Dewi). Fah