Bertempat di sekolah Tinggi Kesenian wilwatikta Surabaya, Sabtu Legi, 24 Agustus 2019Komunitas Spiritual menggelar kopi darat dan Sarasehan Budaya. Mengambil tema yang Garuda Tata Jalma. Bertempat di Pendopo Agung, acara yang digelar sejak siang hari ini memikat banyak kalangan, dari masyarakat awam, mahasiswa, praktisi kesenian, budayawan, sejarahwan hingga para spiritualis.
Hadir sebagai pembicara 4 tokoh di Jawa Timur, Roy Jati SH, dr Sukma Sadewa SH, Deddy Endarto, dan Ki Bagus Mpu Batu. Keempat tokoh budaya dan sejarah ini mengupas tuntan tentang Garuda dari sisi sejarah, metafisika, peradaban serta kebangsaan.
Secara penjang lebar, Deddy Endarto mengupas Garuda sebagai lambang negara dari sisi kesejarahan yang ditunjang dengan bukti-bukti kesejarahan yang sangat sahih. Sementara dalam koridor komunitas indigo, KI Bagus mengupas dari sisi mistis dan mitologi Garuda sebagai sebuah sosok yang memiliki kesaktian sekaligus promatika dalam kehidupannya. Dr Bagus juga memaparkan sisi garuda sebagai lambang negara dan filosofi dalam kaitan dengan kebangsaan Indonesia.
Dalam paparanya, Deddy menyebut ada perbedaan menengai pernyataan Sabdo Palon yang tagih janji akan mengembalikan Nusantara menjadi sebuah kekuatan yang kembali bersinar dan menguasai banyak bangsa untuk di persatukan di bawah panji Majapahit.
“Terjadi kesalahan persepsi pada pernyataan 500 th dalam serat tersebut. Banyak kalangan menghitunganya dari keruntuhan Majapahit pada 1478 akibat serangan Demak. Padahal faktanya, Majapahit justru pernah runtuh beberapa akibat perang saudara. Justru tahun keruntuhan yang valid adalah pada 1527,” beber Deddy.
Kurang Sewindu
Kerajaan Majapahit, lanjut Deddy pernah berdiri selama 234 tahun, yaitu dari mulai 1293 sampai degan 1527 Masehi. Selama 234 tahun itu Majapahit tercatat melahirkan sebayak 13 Raja dan Ratu, meskipun ada pendapat lain yang menyatakan lebih dari 13 penguasa. Sebagai sebuah kerajaan yang sudah menjadi sejarah masa lalu, tentunya Majapahit pernah mengalami masa pendirian, kejayaan dan kerutuhannya.
“Tak bisa dipungkiri Majapahit suka atau tidak banyak meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan kebangsaan bagi Nusantara. Dengan segala kekuatannya dan kekuasaanya, Majapahit pernah menguasai dan mempersatukan daerah seluas Asia Tenggara, dimana Indonesia yang sekarang ini adalah bagian didalamnya. Tata peradaban, panji atau bendera, bahkan lambang negara Indonesia saat ini, tak lepas dari ilham dari masa lalu,” jelas Deddy.
Karena itu jika dilakukan perhitungan maka tahun keruntuhan pada 1527 ditambah 500 tahun sesuai dengan pernyataan Sabdo Palon, maka satrio piningit itu akan muncul pada 2027.
“Artinya setelah pada 1978 tidak terjadi seperti yang disabdakan maka dengan perhitungan keruntuhan 1527, kejayaan Nusantara itu kemungkinan akan terjadi 8 windu lagi atau pada 2027,” tegasnya.
Turut hadir pada acara itu, Eyang Ratih sebagai sesepuh sekaligus penasehat spiritual Indonesia. “Sarasehan ini sebagai bentuk uri-uri atau melestarikan budaya asli Indonesia. Sebagai bangsa yang besar, jangan sampai kita tidak tahu akar budaya kita. Bahwa budaya yang sudah dicintapkan oleh leluhur ini sangat kaya. Tugas kita untuk terus melestarikan dan membangkitkan seni dan budaya, sehingga generasi penerus bangsa ini tidak kehilangan arah,” ucap Eyang Ratih.
Menurut Eyang Ratih, kondisi bangsa ini tidak boleh lengah, karena Indonesia kini tengah diincar oleh budaya asing untuk diubahkan karakter budaya dan manusianya. Tanpa pemahaman budaya asli, generasi penerus akan dengan mudah tercerabut dari asal budaya mereka.
“Saya mengharapak forum-forum seperti ini lebih sering diadakan. Kelompok masyarakat, Pemerintah, dan instasi terkait harus bersatu padu dalam membangun dan melestarikan budaya leluhur yang adiluhung. Diharapkan dengan sinergi yang bagus, modal budaya ini akan mampu membangun manusia Indonesia yang memiliki karakter adiluhung seperti budayanya,” harap Eyang Ratih.
“Meski hanya kegiatan setahun sekali tapi Saresehan Budaya ini memang sudah menjadi agenda resmi Spiritual Indonesia Jawa Timur. Kebetulan tiga bulan sebelum acara kopdar ini saya mendapatkan wisik mengenai garuda tata jalma. Saya sendiri awalnya tidak tahu apa itu garuda tata jalma. Bahkan refrensinya juga sangat terbatas,” kata Roy Jati pada Libertymagz.
Dorongan keingintahuan inilah yang membuat Roy mencari dan mengumpulkan pakar-pakar yang mengetahui mengenai wisik ini dari sudut keilmuan atau keahlian pada narasumber. Acara ini juga diharapkan menjangkau publik yang lebih luas.
“Kalau jumlah anggota spiritual di dunia maya ada sekitara 84 ribu orang. Dengan rata-rata kehadiaran pada kopi darat antara 500-600 orang. Tapi mereka ini terkoneksi secara sangat erat lewat teknologi. Artinya dengan jumlah sebanyak itu, harapankan kami, SI bisa menjadi jembatan bagi anggota dan masyarakat untuk memahami budaya dan spiritual dengan lebih baik dan bermanfaat,” pungkas Roy.Wis