Pemerintah Indonesia Belum Ada Peran dan Tidak Merespon Dengan Krisis Yaman

Mujtahid Hashem – Sekjen Garda Suci Merah Putih. (Foto : Fah)

Pada 25 November 2018 lalu, HMI bersama Garda Suci Merah Putih dan Cross The Limit menggelar seminar tentang krisis kemanusiaan akibat perang di Yaman di Gedung Juang 45 Menteng, Jakarta. Dalam hal ini salah satu pembicaranya Mujtahid Hashem – Sekjen Garda Suci Merah Putih. Fahruddin dari Libertymagz.com secara eksklusif mewawancarai lebih jauh tentang konflik yang terjadi di Yaman pada lelaki yang identik dengan sorban dilehernya. Berikut petikan wawancaranya dikediamannya di Jakarta beberapa waktu lalu :

Maaf kejahatan perang Saudi di gelar di Jakarta. Mungkin baru pertama kali diseminarkan di sini meskipun Koalisi Saudi telah memulai perang di Yaman sejak Maret 2015. Apa yang melatar belakanginya?

Diawali dengan bismillah dan shalawat. Pertama, apa yang terjadi di Yaman, dalam istilah HAM, adalah crime again humanity, kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. Betapa tidak agresi militer NATO Arab dibawah komando Saudi tanpa mandat PBB ke sebuah negara yang berdaulat disertai dengan blokade sipil, udara dan laut yang menghalangi bantuan kemanusiaan dan kesehatan tapi dunia diam. Jelas agresi tanpa justifikasi, blokade yang membuat kematian masal jelas melanggar Konvensi Geneva dan Agresi Koalisi Saudi juga menggunakan senjata yang dilarang seperti bom fospor putih ke area sipil dan melanggar Konvensi Geneva dan melanggar Article 1 of Protocol III of the Convention on Certain Conventional Weapons . Tapi dunia seakan sepi dan diam. Inilah salah satu yang melatarbelakangi konferensi ini. Komisi HAM PBB telah melaporkan pelanggaran-pelanggaran ini, membom pasar, area penduduk, sekolah, ruah sakit, pabrik makanan, reservoir air, pelecehan dan penyiksaaan tahanan dan bahkan membom bus sekolah. Apalagi Saudi juga menggunakan cluster bom buatan Amerika untuk target sasaran sipil. PBB juga telah mencatat puluhan nama-nama yang bisa diajukan ke mahkamah internasional, seperti Muhammad Bin Salman dan pejabat militernya, Zayed Al-Nahyan berserta pejabat militernya dan Abd Rabouh Mansur Hadi, Muhsin al-Ahmar dan lain-lain. Bahkan menurut saya mereka yang mensuplai senjata termasuk Amerika, Perancis, UK, dan Israel bisa diadili di pengadilan internasional. Tapi masalahnya Internasional Criminal Court harus melalui Dewan Keamana PBB yang bisa di veto.

BACA JUGA:  Rhoma Irama dan Para Relawan Deklarasikan Prabowo - Sandi Menjadi Presiden dan Wapres 2019
Mujtahid Hashem bersama anggota Garda Suci Merah Putih, HMI dan Cross The Limit. (Foto : Fah )

Menurut anda apakah peran Indonesia sudah maksimal mengatasi krisis kemanusiaandan kelaparan di Yaman ?

Jelas Indonesia sepertinya tak ada peran sama sekali, bahkan Kedutaan  Besar Indonesia di bom saja, respon Pemerintah Indonesia sangat-sangat mengecewakan seperti sebuah negara yang tidak berdaulat. Respond pemerintah justru lebih keras terhadap pembunuhan Jamal Kasoggi di konsulat Saudi di Angkara. Bukan berarti saya tak sependapat reaksi pemerintah terhadap pembunuhan jurnalis, Jamal Khasoggi, namun mestinya Indonesia lebih keras lagi bereaksi terhadap krisis Yaman, karena korban dan eskalasinya yang luar biasa. Bahkan Indonesia jika mau tinggal meneruskan hasil investigasi Dewan HAM PBB.

 Menurut Anda kenapa Pemerintah bersikap demikian?

Ini menyangkut visi Internasional pemerintah yang telah jauh dari posisi negara independen. Ketika agresi militer koalisi NATO Arab yang dipimpin Saudi dan Uni Emirat Arab ke Yaman didukung oleh negara-negara Barat, khususnya Amerika, Israel, Perancis, dan Inggris, Indonesia berat bersikap dan cenderung diam, berbeda dengan kasus Kasoggi yang mendapatkan reaksi yang luas negara-negara Barat termasuk Amerika dan media-media mainstream dunia, Indonenesia baru berani bersikap lebih lugas. Indonesia mesti mengambil peran di Yaman, apalagi posisi Saudi dan koalisinya yang juga telah lelah dan tak kunjung bisa memaksa pemerintahan revolusioner rakyat Yaman menyerah. Indonesia bisa mengambil peran lewat OKI, Non Blok atau Dewan Keamanan PBB menjembatasi dialog politik untuk menyelesaikan krisis yang dimulai dengan mengakhiri blokade bantuan kemanusiaan ke Yaman.

Mujtahid Hashem – Sekjen Garda Suci Merah Putih. (Foto : Fah)

Saya pikir bukan hanya pemerintah, secara umum masyarakat juga media sepi mengangkat isu Yaman. Kira-kira apa yang menyebabkan respon publik Indonesia tak terdengar, padahal hubungan masyarakat dan ulama Indonesia dengan rakyat Yaman cukup dekat. Apalagi para habaib di Indonesia kebanyakan dari Yaman?

Anda benar, publik Indonesia diam karena media tak mengabarkan yang sebenarnya, namun yang ada hanya propaganda. Bukan hanya tak memberitakan, lebih dari itu media menciptakan isu mazhab dan proxy perang. Misal koalisi Arab NATO yang didukung Amerika dan Israel  itu Suni dan Ansarullah Houthi itu Syiah Zaidiyah yang didukung Iran. Padahal tidak seperti itu. Karena aktor politik utama di Yaman, baik Ali Abdullah Saleh, Abd Raboh Mansur Hadi, Ali Muhsin Al-Ahmar dan Sayed Abdul Malik Al-Houthi semuanya  Zaidiyah. Sedikit berbeda dengan Mazhab Syiah umumnya yang mengikuti fikih Imam Ja’far As Shadiq, Zaidiyah di Yaman umumnya mengikuti Mazhab Syafii seperti di Indonesia. Jadi ada kebohongan yang dibangun mesin propaganda media untuk menutupi kejahatan perang Koalisi Saudi di Yaman. Yang ditakutkan Saudi dan Amerika sebenernya, Yaman menjadi negara demokratis yang independen dari Saudi dan Amerika. Slogan people power dan perlawanan rakyat Yaman yang dominan; “Allahu Akbar, Almaut Amrika, Almaut Israel, Alla’nat ‘alal Yahud, Annasru Lilislam” (Allah Maha Besar, Mampus Amerika, Mampus Israel, Laknat terhadap Yahudi, Kemenangan untuk Islam). Slogan ini barangkali yang menakutkan Arab Saudi dan Amerika. Dan slogan ini yang mendekatkan gerakan people power dengan Revolusi Islam di Iran. Kedua, secara geostrategis, posisi geografis Yaman yang bisa mengontrol laut Arab, Teluk Aden, dan Laut Merah sangat mengkhawatirkan negara-negara Barat. Karena Wilayah ini jalur perdagangan, energi ke Eropa, juga jalur lalu lalang Kapal perang Armada V, NATO dan Israel. Ketiga, Yaman yang demokratis bisa memicu tuntutan rakyat Arab terhadap monarki yang berkuasa saat ini. Barangkali ini beberapa alasan agresi militer Saudi yang sebenarnya. Jadi nggak ada sama sekali urusan teologi, fikih dan urusan yang jlimet lainnya dalam agama. Ini masalah dominasi imperialis dan pengusaan.

BACA JUGA:  Peduli Pandemi Covid 19, Priskila Berikan Bantuan Paket ‘Stres Relief' Untuk Tim Medis
Mujtahid Hashem – Sekjen Garda Suci Merah Putih. (Foto : Fah)

Mungkin publik di Indonesia bukannya tidak menaruh perhatian urusan kemanusiaan di luar khususnya di Yaman tapi karena banyak masalah kemanusiaan juga di dalam negeri.

Memang dimana-mana terjadi masalah kemanusiaan atau bencana kemanusiaan termasuk di negeri kita. Namun bukan berarti meski keluarga kita masih banyak  masalah, kemudian kita menutup mata terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita. Analoginya seperti itu. Apa yang terjadi di Yaman, krisis kemanusiaan yang diciptakan oleh manusia, agresi militer dan blokade, seperti di Gaza. Kalau dulu saya pernah bilang Gaza itu open prison terbesar di dunia, sekarang Yaman. Laporan PBB jutaan rakyat Yaman mengalami famine (kelaparan, kurang gizi dan nutrisi) yang bisa berakibat kematian massal, karena blokade laut dan udara, bukan bencana kemanusiaan yang natural seperti gempa dan banjir. Jadi krisis kemanusiaan yang diciptakan Dajjal dan orang yang mau menolong dilarang. Apalagi agresi koalisi Saudi juga menggunakan senjata yang dilarang dalam hukum internasional seperti menggunakan bom fosfor, depleted uranium, atau bom culster di area penduduk sipil. Anda bisa menangis jika melihat foto-foto anak-anak Yaman yang tinggal kulit dan tulang.

Kira – kira apa harapan anda terhadap Pemerintah?

Terlalu besar harapan saya dan pesimis terhadpa kinerja pemerintah saat ini. Bukan hanya pemerintah, tapi juga DPR khususnya Komisi I. Jadi kalau orang bilang ganti Presiden, ganti juga anggota DPR. Fasilitas negara dari pajak rakyat diberikan tapi tugas yang mestinya diemban tak dilakukan. Ada jutaan orang terancam kematian di Yaman, Kedutaan kita di bom oleh pesawat tempur Saudi, tapi tak ada aksi politik yang berarti. Komisi I tidak ada inisiatif sama sekali. Bahkan diundang seminar saja tidak datang, jelas ini menggelikan, memalukan dan pengkhianatan terhadap tugas-tugas DPR. Amanah konstitusi kan, aktif menciptakan perdamaian dunia. Jadi harapan saya pemerintah dan DPR sama-sama aktif dan punya inisiatif lewat forum-forum internasional yang ada untuk mengakhiri perang dan membuka blokade bantuan kemanusiaan.

BACA JUGA:  Ketua Tanfidhiyah Terpilih PCNU Majalengka, Jawa Barat tidak Lulus MKNU
Mujtahid Hashem – Sekjen Garda Suci Merah Putih. bersama narasumber lainnya di Seminar Internasional .(Foto : Fah)

Anda sebagai aktivis internasional, kira-kira langkah apa saja yang sudah dan akan dilakukan ?

Sejak agresi awal agresi militer koalisi Saudi ke Yaman, kami telah melakuan kampanye perlawanan sampai saat ini sesuai dengan kemampuan kami yang terbatas sebagai masyarakat sipil. Kami mengajak masyarakat dan lembaga sosial yang ada untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Yaman dengan cara apapun. Selanjutnya kami akan mengundang tokoh dan anggota DPR untuk datang ke Yaman, melakukan kampanye anti perang dan akhiri blokade  kemanusiaan di Yaman, sekaligus melihat kondisi yang sebenarnya. Insya Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *