Limbad : Selalu Menangis Bila Mendengar 3 Lagu ini

Master LImbad . (Foto : Fah)

Dalam meraih kesuksesan dan ketenaran didunia magician, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan bagi lelaki yang dijuluki Master Limbad ini. Perjuangan dan suka duka banyak dilaluinya dalam meniti karirnya menjadi seorang Master Magician.

Sebelum mengikuti ajang The Master RCTI yang membesarkan namanya ini, lelaki yang sering di panggil Mbah Lim ini pernah bergabung di Padepokan Gunung Lawu yang dipimpin oleh Eyang Ratih.

Master Limbad dan Eyang Ratih. (Foto : Fah)

Selama 18 tahun di Padepokan Gunung Lawu, Limbad mengaku merasa senang dan semua keahlian dan kelebihannya bisa tersalurkan. Bahkan iapun sudah melakukan atraksinya itu hingga diseluruh pelosok tanah air, mulai dari Jakarta, Batam, Lampung, Pare Pare, Medan, Bali, Makssar, Ujung Pandang, Bone dan lainnya. Tidak hanya itu, Limbadpun kala itu sudah mempertujukkan kebolehannya di Singapore.

“Aku juga pernah diundang ke Singapore acara ‘Kartini Day’untuk atraksi dan Alhamdulillah sukses,Tapi saat tiba di Singapore aku sempat di tahan di karena dikira teroris, karena aku memang pake maskara dan alis yang berbeda, katanya kayak teroris, tapi untungnya bawa lukisan dan Eyang bilang aku ini seniman,”ujar Limbad di rumahnya di Bilangan Ciracas Jakarta Timur bebrap waktu lalu.

Eyang Ratih bersama Mahardhika (anak Master Limbad). (Foto : Fah)

Limbad juga menerangkan bahwa dirinya pernah mengalami kegagalan dalam atraksi, dimana salah satu penonton ikut serta dalam atraksi tusuk leher. Eyang Ratih yang berada ditempat kejadian akhirnya dengan ilmu yang dimilikinya menutup luka orang tersebut hingga tidak mengeluarkan darah lagi.

BACA JUGA:  ‘Magic 5’ Hadir di ‘Lebaran Penuh Berkah’, Harsiwi Achmad Sebut Lanjut Atau Tidaknya Sinetron Ini Tergantung Netizen

Akibat kegagalan tersebut Limbadpun di demo oleh masyarakat sekampung dengan membawa berbagai sejata tajam clurit, pedang, tombak dan lainnya. Dari kejadian tersebut Limbad ditahan oleh pihak kepolisian setempat selama beberapa hari.

Master Limbad bersama Eyang Ratih (Foto : Fah)

“Alhamdulillah berkat  pertolongan Eyang Ratih semua bisa terselesaikan, kejadian ini aku inget terus hingga saat ini,”kata Limbad bercerita.

Limbad juga menambahkan ada beberapa lagu yang mengingatkan dirinya saat masih di Padepokan Gunung Lagu diantaranya, Ta pei Cou (lagu mandarin) Ilir – Ilir (versi Ainum Najib) dan Mantram Gayatri.

”Aku kalau mendengar lagu – lagu ini selalu nangis, bukan lagunya yang bikin aku nangis tapi kebaikan Eyang Ratih ini yang selalu mengingatkan aku. Pokoknya nggak bisa diungkapkan dengan kata – katalah,”kenang Limbad dengan wajah terlihat sedih.

Limbad adalah salah satu anggota Padepokan Gunung Lawu yang suka keluyuran dan sering membhongi Eyang Ratih. Kejadian ini sering dilakukannya saat meditasi bersama. “Aku itu suka keluyuran, saat meditasi tak pikir Eyang kan nggak tahu, diem – diem aku pergi kemana. Pulangnya nanti aku belikan sesuatu untuk Eyang agar nggak marah sama aku,”urai Limbad.

Master Limbad bersama Mahardhika (anak Limbad) dan Eyang Ratih serta anggota Padepkan Gunung Lawu. (Foto:Fah)

Disetiap aksinya di kota – kota Limbad juga sering mengajak anaknya, Mahardika (yang kala itu masih kecil 6 tahun) yang selalu menemaninya. “Kemana – mana Dika selalu aku ajak, makanya dia tahu sekali perjuangan bapaknya dipanggung hingga sekarang ini,”tandas Limbad.

BACA JUGA:  Terobosan Terbaru Indosiar Diawal Tahun Dengan Variety Talent Show Bertajuk “D’KOPLO”

Selama di Padepokan Limbad selalu banyak belajar dari Eyang Ratih, terlebih dirinya orang selalu low profil yang selalu banyak teman. Limbad juga sempat bertanya pada Eyang, apasih rahasianya pasien itu bisa seperti saudara?

“Kalau aku perhatian kok bisa begitu ya, jadi setiap ada pasien baru , pasti bisa jadi saudara dan besoknya bawa ini bawa itu. Kalau aku pasien datang dan besoknya pergi, kan aku bingung. Jadi aku tanya ini rahasianya apa?,”kata Limbad terheran.

Master Limbad. (Foto : Fah)

Sementara Eyang Ratih melihat seorang Limbad adalah seorang yang memiliki keinginan yang luar biasa dan keahliannya dalam atraksi tersebut dimiliki sejak remaja. Dengan keahliaannya tersebut Eyangpun pernah memprediksinya bahwa suatu saat Limbad menjadi seorang bintang.

“Sejak di Padepokan Gunung Lawu, Limbad sudah terlihat menjadi sosok yang luar biasa, namanya tersohor dimana – mana dan iapun laris disetiap pertunjukannya. Iapun menjadi maskot panggung dan para wanita pun banyak yang suka padanya,”terang Eyang.

Selain memiliki kekuatan diaksi panggungnya, Limbad juga memiliki jiwa seni yakni melukis. Dirumahnya ada lukisan relif di tembok yang matanya bisa menangis. “Lukisan itu bisa berpengaruh nggak bagus terhadap Limbad, makanya aku suruh hapus lukisan itu,”pungkas Eyang Ratih.Fah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *