Upacara Tiwah, Memudahkan Perjalanan Roh/Arwah Menuju Lewu Tatau (Surga), Hidup Tentram dan Damai

Ritual upacara Tiwah- menombak hewan kerbau yang dilakukan masayarakat Suku Dayak Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Foto.Fah)

Balai Basarah Kaharingan Palangkaraya, Kalimantan Tengah pagi itu terlihat dipenuhi ratusan orang baik laki-laki maupun perempuan mulai anak-anak hingga orang tua. Tak lain adalah guna mengikuti puncaknya upacara ritual Tiwah adat Dayak Kalimantan Tengah, dimana upacara ini merupakan prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju sebuah tempat yang bernama Sandung.

Dalam agama Hindu Kaharingan, Kalimantan Tengah upacara ini dipercaya untuk meluruskan perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga – dalam Bahasa Sangiang) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa. Selain itu, Tiwah juga dimaksudkan oleh masyarakat di Kalimantan Tengah sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.

”Upacara Tiwah ini adalah upacara rukun kematian tingkat terakhir bagi agama Hindu Kaharingan. Tiwah ini suatu kewajiban bagi ummat Hindu Kaharingan Suku Dayak untuk meniwahkan semua keluarganya baik orang tua, istri, anak, atau leluhurnya supaya terbebas dari pali atau pantangan dan terbebas dari hal-hal negatif kehidupannya,”ujar Parada L. KDR, Sag, M.Si selaku ketua panitia pelaksana upacara Tiwah ini.

 

Baca mainstream.id : Perjodohan Negatif, Tenang,,,,Ini Solusi Penangkalnya

 

Parada juga menjelaskan bahwa setiap manusia yang lahir kedunia ini maka akan dipotong tali pusar nya dan disambung kembali sehinngga filosofi Tiwah ini kembali ke asal nya karena kita semua dilahirkan dari rahim ibu.

BACA JUGA:  Ir.H. Eddy Raya Samsuri, Barito Selatan Siap Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid 19

“Kita akan kembali ke surga dimana surga itu adalah merupakan rahim ibu, makanya salah satu syaratnya juga ada emas yang nantinya akan menyambung tali pusar itu,”tandasnya.

Sapunduk untuk upacara Tiwah di Palamgkaraya, Kalimantan Tengah (Foto.Fah)

Beberapa jenis hewan pun mulai berdatangan sebagai kurban Tiwah mulai dari kerbau, sapi, babi dan ayam. Tak hanya itu kerbau ataupun sapi pun dari keluarga yang di Tiwahkan mulai diikatkan pada sapunduknya masing – masing keluarga yang sudah didirikan oleh pihak keluarga dengan ritual terlebih dahulu oleh kepala adat. Bentuk sapunduknya pun disesuaikan dengan profesi orang yang di Tiwahkan semasa hidupnya, semisal dia seorang tentara maka digambarkan dengan patung berbentuk manusia yang memegang pistol ataupun mengenakan baju tentara. Dan bila dia seorang petani maka sapunduknya bergambarkan seseorang yang memegang cangkul ataupun arit. Tak hanya itu kurban hewan yang di Tiwahkan juga sesuai dengan kemampuan keluarganya dan orang yang Tiwahkan itu juga harus berlawanan jenis dari hewan kurbannya, bila laki-laki yang di Tiwahkan maka hewannya betina begitupun sebaliknya.

Satu persatu ayam mulai dipotong oleh basir yang kemudian disusul dengan penombakan babi. Selanjutnya dilakukan penombakan sapi dan kerbau oleh perwakilan keluarga masing-masing hingga sapi/kerbau tersebut roboh sebelum mati lalu disembelihnya oleh orang muslim dengan menghadap ke kiblat. Pada akhirnya daging kerbau atau sapi tersebut bisa disantap oleh kaum muslim.

BACA JUGA:  Cegah Covid19 Dengan Senyawa Aktif ‘Sari Buah Merah’

 

Baca makanabis.com : Resep Sate Maranggi Rumahan

 

“Inilah toleransi yang besar oleh Suku Dayak kita, jadi yang motongnya pun dibedakan untuk babinya. Untuk pemotongan kurban kita mulai yang terkecil dahulu mulai dari ayam, babi, sapi dan kerbau. Untuk ayam sendiri istilahnya bantal dalam Tiwah ini kalau kalau babi bantalnya ayam sedangkan kerbau/sapi bantalnya babi,”tegasnya.

Pelaksanaan upacara Tiwah sendiri berlangsung selama satu bulan penuh dengan berbagai prosesi  ritual yang harus diajalani sebelum puncak acaranya. Untuk pertama dimulai dengan mendirikan balai pada 4 September,  setelah itu delapan hari kemudian dilakukan muluh gandang atau membunyikan gendang garantung. Adapaun syaratnya diantaranya emas 3 gram, uang ringgit/uang lama dan lilis satu buah. Berikutnya setelah 7 hari kemudian menjemput Basir (rohaniawan) untuk memimpin acara Tiwah dengan disertai pearalatannya  gendang, gong, kangkanong, dan tarai. Setelah mengikuti rangkain yang telah dilakukan oleh masing –masing keluraga maka dilakukan puncak acara Tiwahnya dengan Tabuh.

“Untuk Tabuh ini kita ada 3 kali, yaitu pada tanggal 3, 5, dan terakhir tanggal 6 Oktober. Setelah itu berlanjut dengan Nyakean yaitu memasukkan tulang ke dalam Sandung yaitu tulang yang dibongkar dibersihkan dan disucikan lalu disimpannya ke dalam wadah nya yang disebut Sandung,” terang Parada.

Setelah acara Tabuh dilakukan upacara Kangkahem dan terakhir dengan Patandak yang merupakan upacara terakhir Tiwah. “Tapi masih ada rentetan kehidupannya yaitu Baluku Untung yaitu memohon berkat/rahmat ataupun keberuntungan pada Yang Kuasa dengan Tiwah dengan memakan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit ini agar dilindungi dan kemurahan rizki. Dan ini dilakukan selama 3 hari maka selesai pula upacara Tiwah ini,”tutur Parada.

BACA JUGA:  Disupport Masyarakat Barito Selatan dan Golkar, Eddy Raya Samsuri Siap Maju di Pilkada 2024

Sebelum acara puncak Tiwah digelar malam harinya hewan-hewan yang datang dijaga oleh pihak keluarga untuk menjaga hal – hal yang tidak diinginkan . Artinya menjaga bila ada orang-orang yang sengaja menggangu kelancaran Tiwah ini, karena ada dimasyarakat Dayak yang mencoba mengetes keilmuan nya.

“Jadi mereka kadang suka iseng makanya kerbau atau sapi dijaga supaya tidak tidur ataupun duduk sehingga membuat kerbau atau pun sapi tersebut diguna-gunanya. Jadi ada bagian tubuh kerbau/sapi itu yang bisa diambil agar nanti saat di tombak berkali – kali tidak roboh atau tidak mati-mati dan bahkan sulit untuk di tombak nya,”papar Parada.Fah

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *