Gelaran seni kontemporer artina (art: seni; ina: Indonesia) memasuki edisi kedua dengan mengusung tema Matrajiva (matra: dimensi; jiva: spirit/ruh). Pameran kali ini fokus pada beragam ekspresi artistik yang merepresentasikan berbagai dimensi spiritualitas maupun religiusitas dalam kehidupan masyarakat Nusantara.
Dalam acara seremoni pembukaan artina•Sarinah #2: Matrajiva, Heri Pemad, Inisiator dan Direktur Artistik artina, menyampaikan tema Matrajiva terinspirasi dari keragaman budaya Nusantara yang sarat akan nilai-nilai spiritual.
“Tak hanya itu, kami melihat saat ini seni menjadi manifestasi dari kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari dalam diri manusia, sekaligus memanifestasikan tanggung jawab sosial seniman terhadap lingkungan dan masyarakatnya.” ujar Heri Pemad disela – sela preskonnya di Gedung Sarinah Lantai 6 ( 03/03 ).
Di bawah arahan dua Kurator, Agung Hujatnika dan Bob Edrian proses kurasi mempertimbangkan berbagai aspek dengan cermat untuk menampilkan bagaimana spiritualitas dan religiusitas menyatu dengan nilai-nilai moral, dalam kebudayaan dan kesenian di Indonesia.
“Pada pameran artina edisi kedua ini, kami berupaya menampilkan ekspresi ‘spiritualitas Nusantara’ yang ekspansif dan multifaset. Perluasan mutakhir spiritualitas ini merepresentasikan adanya wilayah-wilayah irisan maupun persilangan antara agama, sains, humanisme, filsafat, aliran, kepercayaan, teknologi dan kesenian tradisional Nusantara, dsb,” terang Agung Hujatnika.
‘Penataan karya juga mempertimbangkan berbagai faktor untuk menciptakan perjalanan dan pengalaman dalam mengenal lebih jauh matra-matra atau dimensi spiritual tersebut, seperti aspek pemenuhan kebutuhan manusia, keterlibatan agama, hingga kontribusi manusia pada masyarakat dan lingkungan hidup,” tambah Bob Edrian.
Sementara Fetty Kwartati, Direktur Utama Sarinah, dalam sambutannya menuturkan, sejak diluncurkan, hingga saat ini, kehadiran artina di Sarinah mendapatkan respon yang sangat positif dari para seniman, pelaku industri kreatif, terlebih lagi masyarakat.
“Transformasi Sarinah sebagai panggung karya Indonesia, tidak hanya menjadikan tempat ini sebagai destinasi belanja, tetapi juga menjadi destinasi wisata. Kami berharap kehadiran karya dan tema baru yakni “matrajiva” dapat memberikan kesegaran serta pengalaman baru bagi masyarakat,” papar Ibu Fetty.
Sebagai sebuah festival seni kontemporer, artina memberikan ruang bagi berbagai bentuk praktik dan pemaknaan seni kontemporer lintas disiplin, termasuk seni pertunjukan. Tak hanya itu, dalam penyelenggaraannya, artina juga menghadirkan sejumlah program seperti edutainment tour untuk pelajar, mahasiswa, korporasi, dan wisatawan domestik serta mancanegara, gelar wicara bersama seniman, serta loka karya seni yang terbuka untuk umum.
“Saya sangat terkesan dengan penyelenggaraan artina yang telah sampai pada edisi kedua ini. Tema matrajiva mengajak kita untuk melihat lebih jauh budaya Indonesia dari perspektif spiritualitas dan religiusitas, aspek yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Saya berharap artina dapat diselenggarakan secara rutin sehinngga dapat memperkenalkan budaya Nusantara dengan pendekatan yang berbeda,” urai Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
artina•Sarinah #2: matrajiva berlangsung mulai 4 Maret – 31 Mei 2023, dari jam 10.00 – 22.00. Selama periode pameran, publik juga dapat mengikuti sejumlah program seperti kuratorial tur, gelar wicara seniman, dan lokakarya. Tiket artina•Sarinah masuk artina dapat melalui loket.com atau secara langsung di lokasi pameran.
“Tidak hanya menjadi alternatif hiburan di ibukota, kehadiran artina.Sarinah juga menjadi wadah edukasi. Pameran ini terbuka untuk semua kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, komunitas dan masyarakat umum,” jelas Morine Rociana, Direktur Utama Mojisa Creative (penyelenggara pameran).
Adapun dua puluh dua seniman individual dan kolektif lintas disiplin turut berpartisipasi pada pameran artina•Sarinah #2, menampilkan puluhan karya dalam wujud dan dimensi yang beragam. Mereka adalah: A. D. Pirous, Agnes Christina, Monica Hapsari, Nadiah Bamadhaj, Agung Kurniawan, Natasha Tontey, Agus Suwage , Ni Nyoman Sani, Ahmad Sadali, Nyoman Nuarta, Arahmaiani, Riar Rizaldi, Asmara Wreksono , Riri Reza & Mira Lesmana, Edward Hutabarat , Rubi Roesli, Gregorius Sidharta Soegijo Samuel Indratma, I Made Somadita, Widayati, Lintang Raditya dan Yori Antar & Rumah Asuh.Fah