Eksekutif Produser Bag Pictures, HRM Bagiono SH yang juga menjabat Ketua Umum Perkumpulan Artis Film Indonesia (PAFINDO) termasuk luwes memaparkan pendapatnya tentang film horror di Indonesia
Lelaki yang biasa disapa Gion ini mengatakan bahwa kini film horror di Indonesia yang disebut murahan mulai jarang di temui di bioskop.
” Hal musabab, memang tak ada parameter yang pasti film horor itu murahan atau berkelas? ya gak..? ini kan hanya soal persepsi publik sejak dulu. Bahwa letupan opini soal film horor yang notabennya di garap dengan budget murah, terkesan menjadi film murahan. Tapi bukan begitu untuk saat ini,” jelas Gion disela – sela diskusi Jakarta Horror Screen Festival 2020 di Kedai Lali Bojo, Jl. Pahlawan Revolusi No. 28 Pondok Bambu, Jakarta Timur beberapa waktu lalu.
Lelaki yang juga berprofesi sebagai lawyer menambahkan saat ini banyak film film horor produksi dalam negeri yang berbudget cukup mahal. Namun ia tidak mau menyebutkan judul film tersebut.
“Tapi dari tampilan visual dan tetek bengek dalam filmnya sendiri, telah memperlihatkan sebuah kelas,” katanya.
Gion kurang sepakat kalau berkembang pemikiran film horor itu kelas murah. Intinya semua film tinggal tergantung sejauh apa keseriusan penggarapannya.
“Secara totalitas yah. Begitupun keseimbangan antara besarnya biaya produksi dengan promosi, penting juga diperhatikan,” tandas Gion.
Lebih lanjut Gion menerangkan, PAFINDO sendiri sudah melahirkan 9 film, 2 web series dan satu reality show. Baginya sekarang ini bukan lagi untuk saling gosok – gosokkan, namun bagaimana bisa punya karya.
“Karena kita juga capek dan jenuh saling gosok – gosokan begitu. Udah lihat politik seperti ini, ditambah lagi di film, para sineas juga akan bingung, siapa yang akan kita panut ?. Nah bagi kami PAFINDO adalah bagi mereka yang ingin berkarya,” urai Gion.
Untuk menghasilkan sebuah karya film yang bagus menurut Gion, perlu adanya dukungan dan support dari pemerintah Indonesia. Untuk itu perlu waktu yang tidak sebentar untuk mewujudkan itu.
“Pemerintah harus hadir, dalam arti berfikir secara respon bahwa bagaimana kita bisa melahirkan produk bermutu. Nah ini harus ada sensitivitas dari pemerintah kalau mau menyikapi hal ini,” pungkas Gion.Fah