Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 menggelar diskusi media bertajuk “Membangun Sumber Daya Manusia Menyongsong Era Industri 4.0: Memastikan Infrastruktur TIK, Industri Manufaktur, SDM Riset, dan Skema Dukungan Anggaran’ di Ruang Serba Guna Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Selasa (12/3). Dalam diskusi tersebut menghadirkan salah satu pembicaranya Haris Munandar N, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian,
Dalam kesempatan itu Haris menyampaikan pencanangan program Making Indonesia 4.0 pada 4 April 2018 oleh Presiden Joko Widodo bukanlah tanpa sebab. Sektor industri penyumbang seperlima dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Diiharapkan program Making Indonesia 4.0 dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi Tanah Air melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya di sektor industri,”kata Haris
“Upaya Making Indonesia 4.0, kita akan merevitaslisasi sektor manufaktur dan diharapkan akan bisa meraih nilai net ekspor seperti pada 2000 lalu, yakni mencapai angka 10 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), lalu meningkatkan produktivitas, dan membangun kemampuan inovasi lokal,” terangnya.
Pemilihan industri manufaktur, kata Haris, didasarkan pada fakta bahwa enam jenis industri terbesar penyerap lapangan kerja di Indonesia adalah industri manufaktur, yaitu industri makanan, pakaian jadi, kayu, tekstil, barang galian bukan logam, dan furnitur. “Industri manufaktur yang berkontribusi besar. Bukan industri berbasis sumber daya alam,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Haris menyebutkan bahwa setidaknya ada empat strategi yang akan dilakukan oleh Kementerian Perindustrian, untuk mendukung program pembangunan SDM industri kompeten. Dengan alokasi anggaran sebesar Rp1,78 triliun, strategi pertama yang dilakukan adalah membangun pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi menuju dual sistem bekerja sama dengan Swiss pada 9 SMK, 10 politeknik, dan 2 akademi komunitas yang link and match.
Strategi kedua adalah pembangunan politeknik dan akademi komunitas di kawasan industri. “Hanya dalam 3 sampai 6 bulan saja, semua lulusan terserap di industri. Seperti Politeknik Pengolahan Furnitur di Kendal (Jawa Tengah). Rasio antara yang diterima dan yang mendaftar itu 1:9, jadi sudah link and match,” jelas Haris.
Strategi selanjutnya adalah pengembangan link and match antara SMK dan industri seperti peningkatan kompetensi guru produktif dan fasilitasi silver expert untuk SMK, serta pelatihan industri berbasis kompetensi dengan sistem 3 in 1, yaitu pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja.
“15 tahun ke depan kita menikmati bonus demografi. Setiap negara dengan bonus demografi pasti mengalami pertumbuhan signifikan. Maka kita memang sudah harus mendorong pengembangan SDM. Sehingga diharapkan dari angka pertumbuhan ekonomi 5,2 sampai 5,4 persen dapat meningkat 1 sampai 2 angka lagi, menjadi 6 sampai 7 persen,” tandas Haris.
Turut hadir sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Ainun Na’im.Fah