Dipenghujung tahun 2018, Forum Wartawan Hiburan (Forwan) menggelar Diskusi Seputar Industri Musik dengan mengangkat tema “Masa Depan Industri Musik Digital di Era Industri. 4.0” di Jakarta, Sabtu (15/12). Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Pakar Musik, Rahayu Kertawiguna (CEO Nagaswara Musik) Agi Sugiyanto (CEO Pro Aktif), Naratama (Produser Voice Of America, New York), Rummy Aziez, Produser Jagonya Musik & Sport (Partners Distribusi FC) dan Seno M Hardjo.(Target Pop).
Agi Sugiyanto mengatakan bahwa peluang penyanyi pendatang terbuka lebar, karenanya iapun sampai sekarang masih suka blusukan ke berbagai daerah dan melakukan pemantauan di social media untuk mencari penyanyi baru untuk diorbitkan menjadi penyanyi masa depan.
“Sekarang jauh lebih gampang, majunya teknologi informasi sehingga saya dan tim gampang memantau penyanyi pendatang yang lagi menjadi viral di media sosial. Kalau di rasa bakal bisa dijadikan artis populer langsung kontrak,”ujar Agi
Selain memantau calon penyanyi orbitannya via medsos, ia juga sering didatangi para penyanyi yang minta diorbitkan. “Syarat nya mesti cantik, seksi dan jumlah followernya besar. Kalau mau cara ekstrim, kalau cantik ya cantik sekalian, atau sebaliknya. Biasanya lebih gampang mengorbitkan,”urai Agi
Rahayu Kertawiguna mengungkapkan melalui era digital ini harus mengedepankan sisi kreatif yang inovatif, saking kreatifnya dalam merilis produk musiknya, banyak kritikan yang pada akhirnya justru menjadi sebuah penghasilan ekonomis dan brand yang eksklusif baik dalam kemasannya yang menjadikan trend musik dangdut ke depan.
“Kalau dulu sebagian orang menyatakan house musik, house remix dan musik koplo adalah musik sampah, musik kalangan bawah justru itu menjadi tantangan saya dan harus membuktikannya secara bisnis dagangan dan brand image yang sukses. ” Ujarnya
Jadi menurut Rahayu bila ingin bisa bertahan dan menerobos di era industri 4.0 pelaku industri musik harus berani lakukan inovasi dan menghadirkan musik yang berbeda.
“Peluang itu tetap ada, harus melakukan inovasi dan mengikuti terobosan generasi milenial. Promosi secara gencar di media sosial dengan kemasan generasi yang kekinian,” tegas Rahayu.
Sementara Rummy Aziez tetap optimis kalau penjualan musik dalam bentuk fisik seperti CD masih diburu penggila musik. “Penjualan musik dalam bentuk CD masih laku keras di KFC, meski tidak sedahsyat dulu. Tapi peluang itu tetap ada, meski era industri 4.0 terus merangsek” kata Rummy.
Rummy juga menambahkan jagonya musik n sport indonesia kini juga membangun app’s digital musik yang rencana di launching di tahun 2019. “Untuk mengantisipasi era industri 4.0 Jagonya musik dan sport tengah membangun app’s Digital. Insya Allah diluncurkan tahun 2019 mendatang,” papar Rummy.
CEO Target Pop, Seno M. Hardjo memiliki strategi dalam menghadapi era Digital Market. Menurutnya, era Musik Digital itu sebuah gerak budaya industri yang sinergis. Pelaku industri musik wajib ikut arus, jika ingin tetap survive. Musik yang ditampilkan, kemasan artis dan cara berpromosinya sudah satu bulatan paket. Tidak bisa setengah setengah.
“Musiknya simple dan harus yang cepat tangkap. Tampilan artisnya wajib kekinian dan Medsos sangat berperan dalam promosinya,” ujar Seno. Meski demikian, untuk keseimbangan cita rasa, Seno juga tetap membuat musik yang indah dan elegan.Fah