Junior Chamber International (JCI) Indonesia sukses menggelar diskusi bertema “Peace is Possible” dengan tajuk “Peran Pemuda dalam Menjaga Keutuhan dan Kerukunan Kehidupan Bangsa”, di Satrio Tower, Jakarta Selatan (5/12). Dalam diskusi tersebut menghadirkan beberapa pembicara antara lain Brigjen Pol Budi Setiawan (Karo Multimedia Divisi Humas Polri), Fahira F. Idris, S.E., M.H. (Ketua Komite III DPD RI), DR. Ida Ruwaida (Sosiolog UI), Erwin Soerjadi (Pengusaha), Zulfikar Priyatna (National Presiden JCI Indonesia 2018) dan Vivi Wijaya (Runner up Miss Grand Indonesia).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong pemuda, dan seluruh elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam mendorong dan menjaga perdamaian, serta mempromosikan gerakan perdamaian di seluruh dunia. JCI menghimbau seluruh pemuda di Tanah Air harus turut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tak hanya itu, JCI juga menilai perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, agar terus menjaga persatuan dan perdamaian, termasuk menyangkal berita hoax yang tidak terus disebarkan lewat media sosial.
“Kita harus mengamalkan bersama persatuan dan perdamaian. Kita punya kemampuan untuk hidup dalam damai. Kita juga punya kemampuan untuk memaafkan dan memahami orang lain dalam perbedaan. Misalnya saja berita-berita yang ada di media sosial. Kita harus bisa saring sebelum sharing. Bayangkan dampaknya bagi orang lain. Dampak berita yang kita sebarkan untuk orang banyak. Sebagai pemuda, kita harus menjaga perdamaian dan keutuhan bangsa,” ujar Zulfikar Priyatna.
Vivi Wijaya, Runner Up Miss Grand Indonesia mengatakan bahwa sesuai dengan misi MGI yang menyuarakan perdamaian, ia ingin mengajak anak-anak muda untuk terus bersatu menjaga perdamaian.
“Kita harus bisa bersatu dalam damai, bersatu dalam kebhinekaan. Misi ini sesuai dengan misinya MGI untuk menyuarakan perdamaian, termasuk dewasa ini lewat media sosial,”kata Vivi.
Sementara Brigjen Pol. Budi Setiawan yang menyatakan bahwa Polri akan terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat, agar berita hoax tidak terus disebarkan di media sosial.
“Kita berikan suatu penjelasan pada masyarakat, supaya memahami, bahwa menyebarkan berita hoax itu tidak baik,”tandas Budi.
Lebih lanjut Budi juga menerangkan beredarnya berita hoax bisa terjadi lantaran banyak hal dan alasan. Salah satu di antaranya adalah keinginan orang untuk diakui dan eksis. Keinginan itu membuat mereka menyebarkan berita secara cepat tanpa mempelajari kebenaran informasinya terlebih dahulu.
”Menyaring dengan membaca, setelah itu kalau ragu, dipelajari berita itu diproduksi oleh siapa? Sumbernya dari siapa? Tanyakan apakah medianya kredibel? Kalau di media-media tertentu, berita yang belum jelas itu tidak begitu diberitakan. Jadi sebenarnya nggak susah,”urainya.
Ia juga menambahkan, tak sulit membedakan mana berita hoax atau tidak. Ada tanda-tanda berita hoax, di antaranya dengan adanya ujaran kebencian dan ajakan untuk menyebarkan.
“Ada juga hujatan, titik koma, atau tanda serunya juga aneh-aneh,”tegas Budi.
JCI merupakan organisasi kepemudaan internasional yang beranggotakan para pemuda usia 18-40 tahun dari berbagai macam latar belakang yang berbeda seperti wirausahawan, profesional, dan akademisi. JCI memiliki visi untuk terlibat dan menjadi wadah bagi berkembangnya pemuda seluruh dunia, dalam rangka menciptakan dunia yang lebih baik.
JCI dalam menjalankan misinya fokus pada 4 area utama yakni ekonomi, sosial, pengembangan diri, dan hubungan internasional. JCI juga menjadi mitra dan menjalin kerjasama aktif dengan PBB dalam pencapaian target tujuan SDG (Sustainable Development Goal). Salah satu fokus kegiatan JCI diantaranya mendorong terpeliharanya perdamaian di seluruh dunia.Fah