Untuk yang ketiga kalinya desainer ternama Raizal Boeyoeng Rais kembali dipercaya untuk mencari bibit – bibit para desainer muda berbakat di Kota Jambi yang dibalut dalam ajang ‘Gebyar IKM Fashion Festival Kota Jambi’. Acara yang yang diselenggarakan Dekranasda Kota Jambi yang diketuai oleh Hj. Yuliana Pasha ini berlangsung mulai tanggal 17 – 20 Oktober 2018 di Jambi Town Square di Kota Jambi. Acara ini juga akan dihadiri oleh Walikota Kota Jambi Bapak. H. Syarief Pasha, ME dan jajarannya.
Berkat pencarian bakat para desainer ini banyak desainer muda yang berbakat bermunculan di kota Jambi. Tak hanya itu, untuk mengasah ketrampilannya sebagai seorang desainer, merekapun meneruskan studi nya di pulau Jawa.
“Alhamdulillah sudah banyak desainer muda tersebar di Kota Jambi, dan mereka bukan lagi menjadi tukang jahit tapi desainer muda yang memiliki kemampuan untuk menciptakan karya busananya dan Insya Allah fashion akan berkembang di Kota Jambi,”ujar Boeyoeng di temui dibilangan mall Jakarta Selatan, Selasa (16/10).
Boeyoeng juga menilai bakat – bakat desainer dari masyarakat Kota Jambi cukup bagus namun perlu ada bimbingan dan pembelajaran lagi. “Masyarakat Kota Jambi cukup bertalented tapi tidak semuanya, makanya dalam pencaaian bakat ini juga sebagai wadah untuk mereka yang ingin terjun kedunian fashion ataupun menjadi seorang desainer. Pastinya disetiap provinsi itu ada mutiara – mutiara dalam lumpur, untuk itu perlu diadakan lomba desainer ini,”terangnya.
Sebagai seorang desainer senior yang berpengalaman, Boeyoengpun dalam mencari desainer muda berbakat tidaklah memilih sembarangan. Dalam lomba desainer ini semua desain –desainnya itu juga dikrim ke Jakarta untuk diperlihatkan para juri lainnya.
“Jadi saya dan teman- teman juri lainnya memilih sangat detail, siapa yang pantas yang masuk final, kita semuanya fair dan tidak ada kong kalikong baik saudara, teman ataupun keluarga,”jelas Boeyoeng
Dengan diadakannya lomba ataupun pencarian bibit – bibit desainer muda ini banyak manfaat yang didapat, selain untuk meningkatkan taraf hidup secara personal juga meningkat perekonomian daerah. Karena menurutnya dengan menjadi seorang desainer ini tentunya penghasilannya akan berbeda dari sebelumnya dan juga bagi para pengrajin akan menjadi lebih baik.
Ada beberapa nama yang kini muncul menjadi desainer muda yang merupakan hasil dari pencarian bibit – bibit desainer ini antara lain Reka Dian Utami, Arizona, Rifdatul, Yuafni, Desi Ramadanti dan masih banyak lagi.
“Semuanya dari latar belakang yang berbeda, seperti Arizona, ayahnya hanya seorang sopir tapi kini sudah sukses menjadi seorang desainer. Ada juga orang tuanya petani, kuli bangunan ataupun profesi lainnya,”papar Boeyoeng.
Selama ini banyak orang beranggapan bahwa para desainer hanya menghambur – hamburkan uang saja dalam menggelar fashion ataupun lainnya. Namun menurut Boeyoeng hal itu tidaklah benar, karena dalam hal ini para desainer hanya menujukkan hasil karyanya kepada masyarakat dan tidak semua segmen masyarakat bisa membeli rancangannya. Untuk itu Boeyoengpun menghimbau pada pemerintah agar selalu memperhatikan para pengrajin ataupun desainer yang ada di Indonesia.
“Jadi harus ada titik temu antara pemerintah dan desainer, jadi jangan dianggap desainer itu hanya berfoya – foya dengan uang untuk membuat fashion show akbar ini. Karena kan daya beli masyarakat nggak semua sama segmennya, maka dari itu kita duduk bersama – sama untuk hal ini,” himbau Boeyoeng.
Dalam kesempatan itu lelaki yang rencananya akan mengadakan kembali pencarian bibit desainer di Pare Pare, Sulawesi Selatan di tahun 2019 mendatang ini juga akan menggelar fashion show karya terbarunya busana pria muslim modis dengan motif batik Jambi bergaya Jepang bertema Kimonoku dan Bravo Jambiku.
“ Ada 6 koleksi baju yang akan saya tanpilkan dan semuanya diperagakan oleh model – model Jambi,”ungkap Boeyoeng yang juga Ketua Komunitas Desainer Etnik Indonesia (KDEI) ini.
Boeyoeng juga menjelaskan bahwa dengan motif Jambi ini memiliki filosofi dimana seperti buah manggis dibelah menjadi 2. Ini diartikan bahwa jangan melihat seseorang itu dari luarnya saja namun harus melihat dari dalamnya.
“Manggis itukan luarnya hitam tapi kalau dilihat dalamnya putih dan bersih. Jadi kalau seseorang itu sangar ataupun hitam jelek, tapi belum tentu juga orang itu tidak baik hatinya. Filosofinya ada juga durian pecah, kapal karat dan lainnya. Jadi banyak sekali filosofi dari motif batik Jambi ini,”tuturnya.
Dikatakan Boeyoeng busana pria muslim modis ini bisa digunakan untuk formil maupun non formil, dengan motif perpaduan Batik Jambi. Semuanya didesain yang dibawahnya dengan sarung celana yang merupakan cirri khas dari karyanya.
“Sayapun juga akan menampilkan sandal yang merupakan perpaduan busananya, sandal ini juga bisa dipakai untuk sholat ke masjid ataupun untuk sehari – hari, dengan brand Omiles,”kata Boeyoeng.
Selain Raizal Boeyoeng Rais juga ada desainer dari KDEI lainnya yang akan memperagakan koleksi busana muslim yakni Ratu Anisa Sofia dari Palembang (Sumatera Selatan), Aisyah Chan ( Darabirra by Humaira ) dari Jakarta dan Samuel Wattimena asal Jakarta.Fah